Pages

Selasa, 07 Juni 2011

Pantai Pandan di Hari Libur Harga Makanan Berlipat

Pantai Pandan, salahsatu tujuan wisata favorit di Tapteng. Setiap hari libur wisatawan lokal maupun luar daerah membludak. Tapi sayang, harga makanan dan minuman di lokasi itu berlipat-lipat. Pengunjung tentu saja mengeluh.

Di awal Juni ini, 4 hari libur berturut-turut, Kamis-Minggu (2-5/6). Selama empat hari itu, Pantai Pandan tidak pernah sepi pengujung. Pedagang pun sepertinya tak ingin menyia-yiakan kesempatan itu.

Tidak warung berderet di sepanjang garis pantai berharap rejeki dari pengunjung. Beragam makanan dan minuman disajikan.

Di sana, ada Herman, Atik Tambunan, dan, Erwin. Ketiganya pedagang. Masing-masing ada yang menjual misop, bakso, dan, sate. “Liburan kali ini memang membawa berkah bagi kami. Omzet kami cukup meningkat dari hari libur biasa. Selama 4 hari ini, kami mampu memeroleh laba bersih sekitar Rp1,5 juta,” ujar Herman, dan diamini rekannya Atik Tambunan dan Erwin, kepada METRO, Minggu (5/6).

Sangkin senangnya, mereka malah berharap agar pemerintah sering-sering membuat kebijakan hari libur, meski tidak hari besar. Katakanlah ‘hari kejepit’. “Kalau liburnya banyak, mudah-mudahan pengunjung rame. Rezeki pun lumayan,” seloro Herman.

Rasa senang para pedagang, ternyata berbanding terbalik dengan pendapat pengunjung. Mereka justru mengeluh karena harga-harga makanan dan minuman di lokasi itu kelewat mahal. Menurut mereka, harga makanan dan minuman yang ditawarkan melampaui batas wajar.

Devi br Nasution, Harianto Daulay, dan Esti br Harahap, ketiganya pengunjung mengaku dari Padangsidimpuan, kepada METRO, mengaku senang bisa menikmati panorama pantai Pandan. Namun ketiganya sangat mengeluh terhadap pelayanan para pedagang. “Terutama soal harga,” ketus Devi.

Devi dan kedua rekannya merasa kurang nyaman, karena mahalnya harga makanan dan minuman di lokasi itu. “Harga makanan dan minuman ringan di sini jauh lebih mahal dibanding harga di pasaran. Bayangkan saja, air mineral ukuran sedang yang biasanya dijual Rp2 ribu per botol, di sini dijual Rp5 ribu. Naik 150 persen. Demikian juga harga minuman botolan lainnya. Belum lagi makanan ringan, seperti kacang yang di pasaran biasanya Rp500 per bungkus, di sini dijual sampai Rp1.500 per bungkus. Harga misop, bakso, dan, sate, juga begitu, mencapai Rp10 ribu per porsi. Itu kan tidak normal,” keluh Devi.

Ia menyebutkan, mereka sadar para pedagang tentu ingin mengambil keuntungan pada musim liburan yang hanya beberapa kali setahun ini. “Tapi yang wajar lah,” katanya.

Menurut dia, yang wajar itu semisal harga biasanya Rp2 ribu kemudian naik menjadi Rp3 ribu. Itu masih wajar. “Berbeda halnya jika di rumah makan atau restauran di sekitar pantai, mungkin harga ini masih bisa ditolerir karena modal mereka memang besar,” tukas Devi.

Devi dan kedua rekannya menyebutkan, mahalnya harga makanan dan minuman di Pantai Pandan dapat menimbulkan efek jera para wisatawan untuk kembali datang ke Pantai Pandan. Atau paling tidak, para wisatawan akan jera untuk berbelanja makanan di Pantai Pandan jika mereka kembali datang untuk berlibur. “Kalau harganya mahal seperti sekarang, mungkin kalau kami datang lagi kemari, lebih baik kami membeli dan mempersiapkan makanan dan minuman dari luar saja, karena jauh lebih murah. Kalau semua pengunjung berpendapat seperti kami, bagaimana nanti nasib para pedagang ini, tentu mereka akan rugi karena tak ada lagi pengunjung yang mau membeli. Makanya kami menyarankan kepada para pedagang, agar menjual makanan, dan minuman dengan harga yang tidak terlampau mahal,” saran Devi.

Pada kesempatan itu, Devi juga berharap peranan pemerintah setempat untuk mengatasi lonjakan harga-harga makanan dan minuman di lokasi itu. “Ini penting untuk memberi kenyamanan bagi pengunjung,” ujar Devi mengakhiri. (metrosiantar.com)

0 komentar:

Posting Komentar