Pages

Minggu, 23 Mei 2010

Abednego: Saya Teriak Dulu Baru Ditangani

Seputar "Penelantaran" Pasien Korban Gigitan Anjing

Abednego Panjaitan alias Sukma (35), mengatakan, saat anaknya Elsa Panjaitan (5,5), korban gigitan anjing masuk Rumah Sakit Umum (RSU) Pandan, Tapteng, tidak seorang pun tenaga medis yang langsung memberikan pertolongan. Justru kata dia, setelah berteriak minta tolong, sekira 20 menit kemudian dokter datang.

"Saat kejadian itu, Elsa saya peluk di rumah sakit dengan kondisi banyak mengeluarkan darah," ujar Abednego, kepada METRO, Minggu (23/5). Dia juga mengaku, saat itu dirinya terpaksa marah setelah melihat kurangnya kesigapan petugas, lalu akhirnya anaknya ditangani dengan cara menjahit bekas gigitan anjing di kepala Elsa.

Ia menyayangkan, komentar Direktris RSU Pandan hanya bisa ‘membersihkan’ diri lewat media dan tidak mau mengakui kesalahannya. Menurut Abednego, yang dibutuhkan saat ini bukanlah sebatas membersihkan diri atau mencoba mengingkari kenyataan yang sebenarnya, terkait tidak profesionalnya pelayanan RSUD Pandan terhadap pasien. "Saya bingung dengan jawaban pihak RSUD Pandan seperti yang dilansir oleh media yang seakan-akan mencoba mengaburkan persoalan yang sebenarnya terjadi. Apa yang mau diklarifikasi, kenyataannya memang benar seperti itu bahwa pelayanan petugas kesehatan di RSUD Pandan lamban," ketus Abednego.

Abednego mengatakan, ia melihat kesannya pihak RSUD Pandan sudah memberikan perawatan dengan benar dan tepat, namun kenyataan tidaklah demikian. "Hal ini bukan hanya sekali dua kali saja terjadi, bahkan banyak pasien yang mengeluhkan pelayanan kesehatan yang diberikan pihak RSUD Pandan tersebut. Dan pelayanan perawatan kepada anak saya Elsa, juga mereka klaim sudah tepat waktu padahal tidak," tukasnya seraya mengatakan bahwa pernyataan yang diberikan pihak RSUD Pandan merupakan sebuah pembohongan.

Lebih lanjut dikatakan Abednego, anaknya terpaksa harus dirujuk ke RSU Sibolga dengan alasan peralatan di RSU Pandan tidak memadai. "Akhirnya kami membawa Elsa dengan menggunakan ambulans," sungat Abednego.

Dikatakan dia, ia saat itu juga sempat kesal saat hendak membawa Elsa ke RSU Sibolga, sebab supir ambulans juga bertingkah, dengan tidak kelihatan hampir 30 menit. Padahal, 2 unit mobil ambulans terlihat parkir di pelataran RSU Pandan. "Harus diakui secara jujur, pelayanan di RSU Pandan sudah sangat keterlaluan. Dan ini harus menjadi perhatian Bupati Tapanuli Tengah, agar kedepannya RSU milik Pemkab Tapteng tersebut bisa bersaing dengan rumah sakit lainnya," saran Abednego.

Menurut dia, yang dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan ini bukan hal jawab menjawab di media, tetapi bagimana caranya memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal karena anggaran yang dipergunakan RSUD Pandan diambil dari keuangan daerah. "Itu yang paling penting untuk dilakukan, bukan memberikan jawaban seakan-akan bahwa pihak RSUD Pandan dalam memberikan perawatan sudah tepat. Sehingga dengan demikian, biaya yang tidak sedikit dikeluarkan untuk RSUD Pandan dapat dipertanggungjawabkan kinerjanya secara baik dan benar," tandasnya.

Sebelumnya, Direktris RSUD Pandan dr Masdiana Dolok Saribu MARS, mengatakan kritikan yang dilayangkan keluarga Elsa Panjaitan merupakan sebuah motivasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan (Yankes) di rumah sakit itu. Sekalipun diakuinya bahwa, di dalam menangani si pasien telah dilakukan sesuai prosedur di Unit Gawat Darurat (UGD). (metrosiantar.com)

0 komentar:

Posting Komentar