Pages

Sabtu, 24 April 2010

Pengerasan Jalan Negara Sibolga-P. Sidimpuan Tak Sesuai SNI

Puluhan tahun tak tersentuh perbaikan Jalan Negara Sibolga-P. Sidimpuan, namun tahun ini pemerintah pusat akhirnya mengucurkan perhatiannya. Namun, pengaspalan Jalan Negara tepat di Km. 14-16 Desa Hajoran Kabupaten Tapanuli Tengah itu lagi-lagi ternodai oleh spekulasi pihak rekanan maupun instansi terkait yang dihunjuk dalam hal pengawasan teknis lapangan.

Masih tahap awal pengerjaan saja, dengan item pengerasan permukaan atas jalan (base course) yang rusak dan berlobang tak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI 1732-1989). Dimana, base course yang digunakan pihak rekanan pemenang tender pekerjaan yang menelan anggaran Negara sebesar miliaran rupiah itu berupa batu sirtu bulat bercampur tanah sebagai perekat.

"Hal ini sangat bertolak belakang dengan pedoman pengerjaan teknis pengaspalan yang telah ditetapkan pemerintah dalam sertifikasi SNI 1732-1989 bahwa base course yang digunakan berupa batu pecah agar tidak terjadi pergeseran permukaan jalan ketika mendapat tekanan beban-beban roda. Jalan Negara di pantai barat Sumatera Utara ini butuh kualitas, bukan kuantitas," ketus Ketua LSM Barisan Penegak Keadilan Sumatera Utara (BPKSU) melalui Humasnya, Edison Hutagalung kepada Analisa, Rabu (21/4) menanggapi kecurangan pengerjaan pengaspalan tersebut.

Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini, lanjut Edison yang lebih akrab disapa Ucok Galung, perlu dipertimbangkan beberapa hal yakni, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan. Sehingga diperoleh harga satuan pengerjaan. "Artinya, besarnya anggaran yang dipatok pemerintah dalam pengerjaan pengaspalan sudah lebih dulu dikaji, sehingga anggaran pengaspalan mencapai miliaran rupiah. Namun, pihak rekanan disini masih juga berspekulasi untuk mengejar keuntungan tanpa memikirkan kepentingan umum (pengguna jalan-red)," tuturnya.

Ia menjelaskan, syarat mutlak dalam pengerjaan pengerasan lapisan permukaan atas jalan (base course) ini, mampu menahan beban dan tanpa terjadi deformasi. Kemudian, tahan terhadap abrasi serta tahan terhadap air. Sehingga, tidak terjadi kapilarisasi terhadap lapisan. "Untuk memenuhi hal itu, kualitas bahan harus baik yakni batu pecah, bukan batu bulat yang dicampur pasir dan unsur tanah sebagai perekat.

Bila demikian, gradasi (susunan) butiran tidak mendapatkan efisiensi kerapatnya," ujar Edison sembari menyatakan, pengerjaan tersebut harus dibongkar kembali agar mendapatkan kualitas jalan yang baik.

Jalan Mudah Rusak

Kemudian, kata dia, kandungan filler harus cukup, tetapi tidak boleh melampaui batas max dan min. Bila melampaui max, jalan mudah bergelombang. Bila kurang dari min jalan mudah rusak. "Bila kita tinjau pekerjaan Jalan Negara yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah, kandungan filler ini sering tidak diperhatikan, makanya jalan banyak yang bergelombang dan cepat rusak," terangnya.

Namun, Edison tak memungkiri, kesadaran masyarakat setempat juga menjadi faktor penentu kerusakan jalan lintas pantai barat Sumatera Utara tersebut. Masyarakat di daerah ini, kata dia, tidak ada rasa saling memiliki dan saling menjaga sarana jalan. Misalkan, saluran drainase yang kerap dijadikan sarana pencucian angkutan baik becak bermotor, angkutan umum maupun dijadikan kamar mandi.

"Begitupun, kita (LSM BPKSU) lebih mempersangkakan masalah tersebut kepada pemerintah melalui instansi terkaitnya. Terlebih masalah pengerjaan perbaikan dan pengaspalan Jalan Negara Sibolga-P. Sidempuan di Kabupaten Tapanuli Tengah ini, diminta kepada instansi terkait untuk merevisi pengerjaan perbaikan Jalan Negara tersebut. Bila tidak, LSM BPKSU akan membawa permasalahan tersebut ke ranah hukum, terkait kualitas pengerjaan maupun keselamatan pengguna jalan," tegasnya. (analisadaily.com)

0 komentar:

Posting Komentar