Pages

Jumat, 12 Februari 2010

Toke Getah di Sorkam, Jhonatan Pasaribu Tewas Dengan Tangan/Kaki Terikat, Mulut Disumpal

Toke Getah di Sorkam, Jhonatan Pasaribu (73) tewas dengan tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal di rumahnya, Desa Parhieme II, Kecamatan Sorkam Barat, Tapanuli Tengah (Tapteng), Rabu (10/2). Peristiwa itu, pertama sekali diketahui anak Jhonatan paling bungsu, Regen Pasaribu saat akan membangunkannya dari tidur. Harun Alrasyd Pasaribu (anak ke-6 korban) kepada wartawan di Rumah Sakit FL Tobing, Sibolga menuturkan pada pukul 05.00 WIB, dinihari, adiknya Regen Pasaribu terbangun dari tidur dan melihat isi rumah seperti baju berserakan. Tetapi tidak curiga bahwa ayahnya (Jhonatan Pasaribu) telah meninggal.

Sekitar pukul, 08-00 WIB, sang ibu S br Manalu (istri Jhonatan) meminta anaknya, Regen Pasaribu untuk membangunkan ayahnya, yang kemudian diketahui telah meninggal dunia dengan tangan/kaki terikat dan mulut disumpal isolasi. Keluarga kemudian melaporkannya ke Polsek Sorkam, hingga dibawa ke rumah sakit FL Tobing Sibolga untuk divisum.

Kapolsek Sorkam, AKP R Samosir SH yang dimintai keterangannya lebih memfokuskan ke visum dokter. “Kita tunggu saja dulu hasil visumnya. Sekarang sudah divisum, tapi hasilnya kan belum ada, kita masih menunggulah, apakah meninggalnya Jhonatan karena pembunuhan atau tidak,” kata Samosir saat berada di Rumah Sakit FL Tobing Sibolga.

Keluarga Histeris

Begitu mendengar kabar kematian Jhonatan Pasaribu, keluarga khususnya anak-anak korban menangis histeris. Di Rumah Sakit FL Tobing Sibolga, saat ayahandanya akan divisum, anak-anak korban, Regen Pasaribu, Harun Alrasyd Pasaribu, si Tambunan (hela) dan lainnya, menangis histeris melepaskan kepergian ayah-mertuanya. Anak-anak Jhonatan menduga bahwa ayahandanya meninggal karena pembunuhan yang bermotif perampokan.

Harun Alrasyd Pasaribu didampingi adik/abang dan kakaknya mengatakan, kematian ayahnya karena pembunuhan yang didasari perampokan. “Ayah saya kan toke getah di Sorkam.

Mungkin, mau merampok uang ayah saya ini, para perampok membunuh ayah saya,” katanya.
Anak-anak Jhonatan mengaku ayahnya dibunuh karena didasari pada pagi harinya di mana isi rumah seperti baju berserakan di lantai. Namun karena mungkin tidak mendapat harta benda (uang) seperti yang mereka harapkan, lantas Jhonatan Pasaribu dibunuh.

Harun Alrasyd meminta pihak kepolisian mengusut kasus pembunuhan ini hingga tuntas dan menghukum pelaku seberat-beratnya sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. “Ini perbuatan sadis dan sangat biadab bagi kemanusiaan. Kami meminta kepolisian dengan secepatnya menangkap pelaku, dan menghukum seberat-beratnya,” kata Harun.

Sebelum atau sesudah pembunuhan, menurut informasi dari masyarakat setempat, sekira pada pukul 03.00 WIB, dinihari ada mobil Kijang silver di depan rumah Jhonatan Pasaribu. Warga yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan, pada pukul 03.00 WIB bangun dari tidur dan keluar rumah untuk buang air kecil. Ia pun melihat mobil Kijang silver tepat di depan rumah Jhonatan. Karena merasa curiga, ia pun mengamati mobil dimaksud. Katanya, dari dalam mobil ada 2 orang keluar, tetapi beberapa menit kemudian yang masuk ke dalam mobil bertambah jadi 5 orang. Warga itu pun mencatat nomor plat mobil dimaksud (dalam berita sengaja tidak dibuat) untuk menjawab kecurigaannya.

Namun alangkah terkejutnya dirinya pada pagi harinya, begitu mengetahui bahwa rumah Jhonatan Pasaribu dimasuki rampok yang mengakibatkan Jhonatan Pasaribu meninggal dunia. (hariansib.com)

1 komentar: